Pages

Selasa, 08 September 2015

Khu(i)tbah

Ini

Sebuah sharing chat dari  grup aksel 5.
Dengan lucunya... orang yang membaca nya langsung ber husnudzan yang terlalu mendalam ..
Mengira ini adalah chat berisi prolog undangan pernikahan....
* harap maklum

Sekarang lagi ngetrend undangan nikah via grup chat ... dengan diisi prolog yang seperti penggalan baik syahdu  nikah hehe
Dan... emang ini grup isinya orang yang hati dan fikiranya satu frekuensi .... di panggil oleh Allah untuk segera menentukan hari jadi akadnya (seruan untuk menikah)
Dan terakhir karena baper

Berikut chat nya.. semoga bermanfaat yaaa

Pernikahan itu seperti kematian, ia tak dapat diprediksi namun wajib untuk disiapkan.

Pernikahan itu seperti kematian, ia tak perlu dibicarakan namun ia pasti akan datang.

Kita seringkali menganggap pernikahan itu adalah peristiwa hati. Padahal sesungguhnya pernikahan adalah peristiwa peradaban.

Ini bukan hanya tentang dua manusia yang saling mencinta lalu mengucap akad.

Ini peristiwa peradaban yang mengubah demografi manusia.

Pernikahan adalah sayap kehidupan. Rumah adalah benteng jiwa. Jika di rumah kita mendapat energi memadai, di luar rumah kita akan produktif.

"Sakinah" bukan cuma "tenang". Ia berasal dari kata "sakan" yang artinya "diam/tetap/stabil". Maka ia tenang karena stabil, bukan lalai.

Sakinah: ketenangan yang lahir dari kemantapan hati. Manusia menjadi tenang saat kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi secara komperhensif.

Al-Qur’an menjelaskan: "Kami jadikan air sebagai sumber kehidupannya". Air (mani): sumber stabilitas dan produktifitas. Hakikat pernikahan tidak bisa dipelajari dari manapun.Learning by doing.

Islam arahkan menikah muda agar penasaran itu cepat terjawab. Agar setelah "rasa penasaran" itu terjawab, perhatian seseorang bisa lebih banyak tercurah dari urusan biologis ke intelektualitas-spiritualitas.

Tidak perlu takut terhadap beban hidup, yang perlu dilakukan hanya mengelolanya. Sebab pelaut ulung pun terlahir setelah melewati gelombang-gelombang samudera.

Yang bisa membuat kita melewati gelombang itu adalah persepsi awal yang benar tentang cinta. Dorongan untuk terus memberi pada yang kita cintai.

Hubungan yang terbina bukan hanya hubungan emosional, tapi juga spiritual-rasional. Karena keluarga ini adalah basis sosial terkecil untuk membangun peradaban.

[Khutbah pernikahan anak Ust. Tate Qomaruddin oleh Ust. Anis Matta]

0 komentar:

Posting Komentar

terimakasih telah berkunjung, maaf belum bisa menulis dengan baik.. jazakillah :)