iseng part 3

penolakan.

'Drrtt. . .' Getaran ponsel membuatku berhenti melayangkan pikiranku pada H. Kubaca pesang singkat yang tertera di layar.
'Ara di situ hujan ya? Hayo lagi apa. . .'
Mataku melotot, aku mendengus kesal. Kenapa dia tidak bosan mengirim sms yang sudah pasti tak berbalas. Terkadang terbersit kalau aku terlalu kejam karena membiarkannya. Kali ini aku tetap tak menghiraukan sms itu dan kembali menghafal tahap-tahap perkembangan janin.

Aku terus berceloteh sendiri tanpa henti. Begitulah caraku menghafal, berlagak sedang memberi pengarahan pada semua anggota organisasi tentang tahapan dari perkembangan janin. Dimulai dari implantasi yang berlanjut pada tahap pembelahan sel dan beragam keterang yang nenyertainya. Berawal dari morula, blastula kemudian grastula. Kucukupkan berorasi hingga grastula menyadari ponselku berulah lagi. Kuambil benda mungil hijau metalik itu dengan malas. Aku mengerjap-ngerjap membaja rangkaian kata yan ada dihadapanku.
'Hujan turun sebagai nikmat bagi semesta. Semua makhluk patut bessyukur akan hadirnya. Cintailah sekelilingmu. . .karena mereka menghara cinta dari seorang hamba yang mengharap surga. . .from: Kak Akbar.
Senyumku mengembang tanpa kusuruh. Kak Akbar, orang yang paling aku rindukan saat ini dan dialah orang spesial di hatiku hingga sekarang. Aku beruntung berkesempatan terlahir menjadi seorang adik baginya. Dia sanggup menjadi super hero, rival dalam semua kesenanganku bahkan musuh bebuyutan merangkap sahabat sejati.

Aku bersms ria dengannya malam ini. Mulai dari Bandung hujan lagi Kak?, hingga penuh dengan kisahku, dari hujan senja ini sampai acara makan malam yang membuatku bertanduk. Kak Akbar menanggapi semua ceritaku dengan sikapnya yang kocak dan ekspresif, tetap dengan nasihat-nasihat berkenaan dengan H. Kuakhiri malamku dengan merajuk agar ia pulang. Mengingat terakhir ia pulang membawa sebuah novel dari tetralogi favoritku, dan itu hampir enam bulan lalu.