Pages

Sabtu, 07 November 2009

lagi iseng nulis

''Janganlah kau membenci seseorang yang mencintaimu. . .'' kata-kata Pak Marimus beberapa hari yang lalu terngiang dalam fikiranku. Guru Fisika favoriku itu dengan gamblang menjelaskannya, disertai alasan-alasan yang terasa logis dalam benakku. Taph, entah mengapa aku menjadi sangsi dengan diriku, mampukah aku berlaku sesuai ucapan Pak Marimus?
Senja kini terasa begitu nyaman dengan rintik gerimis membasahi perumahan yang tampak angkuh dengan bangunan betonnya. Tak ubahnya rumahku tercinta. Aku duduk di beranda rumah menikmati suasana senja. Kumainkan musik player yang menghanyutkanku dalam lantunan lagu ''Nantikanku di Batas Waktu'' sambil menghafal materi reproduksi untuk ulangan esok hari. Lagu ini mengingatkanku pada seorang sahabat yang selalu membagi kisah petualangan hatinya denganku. Aku teringat saat ia bercerita dengan raut wajah penuh kejengkelan. Dia merasa sangat tidak beruntung saat itu karena seorang kakak kelas yang mengaku jatuh hati padanya. Aku tertawa geli mendengar cerita tentang usaha kakak kelas tadi untuk mendekatinya. Sahabatku menilai dirinya sebagai oran paling gila yang pernah ditemuinya dengan semua keusilannya. Aku berharap mengalaminya di simpang lain jalanku. Tapi petualangan hatiku punya pilihan lain.
Kegemaranku berorganisasi mengantar pada perkenalanku dengan seorang mahasiswa dari sebuah universitas ternama. Aku hanya menganggapnya kawan biasa yang patut kuhormati karena faktor usia. Tapi setelah acara kerjasama antara sekolah dan fakultasnya selesai, komunikasiku tidak berhenti. Bagaimana tidak? Hampir setiap hari dia menelpon hanya untuk bertanya 'sedang apa?'. . . Namanya H. Rangkaian huruf sarat makna cukup menggambarkan sosoknya yang mendekati angka 9 dari skalaku. Bukannya bersyukur mendapat perhatian dari emuda cerdas macam dia, aku malah seakan tersiksa bagai buronan teroris.

Bak kejatuhan durian montong tapi sangat tidak menyenangkan. Ia mengutarakan isi hatinya. Namun di waktu, tempat dan orang yang salah. Di tengah-tengah kegentian pasca rapat dia masih sempat berpuitis ria. Aku malu. . .sangat malu hingga serasa ingin hilang ingatan saat itu juga. Belum cukup dengan itu aku menjabat sebagai duplikat Noordin M Top alias Ara M Top. Dampak dari kejadian itu di hari-hari berikutnya sungguh tidak terduga.

Aku dihujami dengan pertanyaan dan ajang klarifikasi sehubungan dengan H. Aku tak menyangkal banyak kaum hawa yang menempatkan H di tempat spesial di hatinya. Dan dengan ikhlas aku. . .

0 komentar:

Posting Komentar

terimakasih telah berkunjung, maaf belum bisa menulis dengan baik.. jazakillah :)